Indonesia Terancam Lost Generation
24 Jan 2012 | 20:35 WIBJAKARTA – Jumlah anak balita yang mengalami kurang gizi di Indonesia cukup tinggi. Jika permasalahan kesehatan anak bangsa ini tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin jika di masa mendatang jumlah ini akan semakin bertambah. Dampaknya jangka panjang, negeri berpenduduk 240 juta jiwa ini akan mengalami ‘lost generation’ usia produktif.
Hal itu dikatakan Ketua Bidang Perempuan DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Byarwati dalam rapat kerja Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKS, 23 – 24 Januari 2012 di Hotel Sahid, Jakarta (24/1/2012).
“Persoalan gizi yang kronis ini sangat mengkhawatirkan, karena akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia Indonesia. Jika tidak diatasi segera, maka bangsa Indonesia bisa terancam lost generation,” tegas Anis.
Ani mengatakan, berdasarkan pada data nasional (Riskesdas, 2010) menunjukkan sekitar 13 persen anak Indonesia mengalami gizi kurang dan 4,9 persen mengalami gizi buruk. Artinya, ada sekitar lima juta balita Indonesia yang mengalami rawan gizi. Padahal, dari sisi jumlah penduduk, jumlah balita di seluruh Indonesia mencapai 28,5 juta jiwa atau 12 persen (sensus penduduk 2010).
Fenomena gizi kurang dan buruk yang dialami Indonesia, lanjut Anis, menurut analisis ahli gizi disebabkan banyak faktor. Mulai dari faktor ekonomi, pendidikan, politik, hingga sosial budaya. Faktor ekonomi diwakilkan oleh kemiskinan, sehingga tidak mampu menyediakan makanan yang cukup dan bergizi.
Dalam jangka pendek, anak-anak yang kurang gizi ini akan sering mengalami sakit, lesu, dan apatis. Akibatnya tidak bersemangat untuk sekolah, daya tangkap kurang, dan kreativitas lemah. Dan dalam jangka panjang, kondisi tersebut akan menyebabkan anak-anak Indonesia memiliki kepercayaan diri yang rendah.
Selain itu, Anis menjelaskan, proses produksi, penyimpanan, hingga pengolahan makanan juga mempengaruhi kandungan gizi makanan. Seringkali makanan yang awalnya bernilai gizi tinggi karena proses penyimpanan dan pengolahan yang kurang tepat mengakibatkan zat gizi yang ada di dalam makanan tersebut berkurang. Begitu pula dengan proses produksi bahan makanan, jika tidak memperhatikan hal-hal yang membahayakan, seperti penggunaan pestisida, pada akhirnya bukannya menyehatkan malahan menyebabkan sakit dan kurang gizi.
“Kondisi inilah yang menjelaskan bahwa kurang gizi pada balita tidak hanya terjadi pada anak-anak dari keluarga miskin tetapi juga dari keluarga yang memiliki status ekonomi menengah dan tinggi,” ujarnya.
Anis juga mengatakan, selain masalah gizi kurang dan buruk pada anak balita, Indonesia juga mengalami sisi lain dari masalah gizi, yaitu kelebihan gizi. Makanan cepat saji seperti hamburger, pizza, french fries, dan soft drink telah menjadi budaya dalam kuliner anak-anak Indonesia, Diet yang tidak sehat secara berlebihan inilah yang menjadi salah satu penyebabnya. Data menunjukkan sekitar 14 persen anak balita Indonesia mengalami gizi berlebih. Hal ini berisiko terjadi gangguan fungsi jantung dan penyakit-penyakit degeneratif.
“Pemerintah dan keluarga Indonesia perlu melakukan evaluasi dan perbaikan program terkait gizi dan makanan keluarga”, cetus dia.Karena itu, Anis mengatakan, Hari Gizi dan Makanan se-dunia yang jatuh setiap 25 Januari dijadikan momen tepat untuk melakukan evaluasi terhadap permasalahan tersebut dan kebijakan yang telah dibuat pemerintah.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, tak dipungkuri diperlukan program komprehensif yang mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam hal konsumsi makanan dan membangun kemandirian masyarakat guna meningkatkan kualitasnya sendiri. Di antaranya adalah mendorong masyarakat untuk memanfaatkan makanan produk lokal sehingga keluarga dapat mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang tanpa harus mengeluarkan biaya tinggi.
Selain itu, kepedulian orang tua terhadap kesehatan anak balita harus dibangun. “Bidang Perempuan PKS telah merintis Pos Wanita Keadilan (Pos WK) dan Rumah Keluarga Indonesia (RKI) sebagai inisiatif untuk meningkatkan kapasitas keluarga Indonesia dalam meningkatkan taraf ekonomi, menambah wawasan dan pengetahuannya, serta mendorong untuk selalu bersemangat meningkatkan taraf kehidupannya,” pungkas Anis.
KPK Harus Ungkap Penyandang Dana Miranda
26 Jan 2012 | 18 : 58 WIB
|
PKS Tolak Kenaikan Harga BBM
26 Jan 2012 | 11 : 45 WIB
|
Mendesak, Penegakan Hukum Lalu Lintas Untuk Efek Jera
25 Jan 2012 | 21 : 25 WIB
|
Pendidikan di Tapal Batas Belum Diperhatikan
25 Jan 2012 | 17 : 58 WIB
|
Sambut Pilgub Sumut, PKS Gerak Cepat
25 Jan 2012 | 12 : 04 WIB
|